Sistem Reproduksi Manusia
Organ genetalis pada laki-laki dan wanita
mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk mempertahankan jenisnya, agar tidak
punah di bumi ini. Hanya dalam struturnya organ tersebut yang berlainan.
Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah ditentukan. Tetapi
sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal, sel reproduksi berkembang di sebelah
depan ginjal yang tumbuh sebagai koloni-koloni sel kemudian membentuk kelenjar
reproduksi. Perkembangan sifat terjadi pada umur 10-14 tahun. (Waluyo, 2006: 317-318)
Diferensiasi
Seks Fenotip
Genitalia Interna
Genitalia
pria dan wanita berkembang dari sistem saluran yang berbeda. Perkembangan
struktur-struktur ini terjadi bersamaan dan memiliki kedekatan fisik dengan
perkembangan sistem urinarius.Keduanya mulai terjadi sekitar minggu ke-4 masa
embrio (minggu ke-6 siklus menstruasi). Ginjal primordial (mesonefros)
terdiri dari tubulus dan duktusd yang dikenal sebagia duktus mesonefrik atau
Wolffi. Duktus Wolffi berasal dari tubulus yang akan menjadi sinus
urogenital. Tubulus mesonefrik berhubungan dengan korda seks primitif saat
gonad mulai berdeferensiasi. Secara
simultan epitel selom yang berada di
tepi dekat lateral rigi mesonefrik membentuk duktus paramesonefrik atau Mullerii. Saat proses perkembangan
ginjal berlanjut struktur mesonefrik
akan bergabung menjadi saluran reproduksi dan kehilangan fungsi urinariusnya.
Duktus Wolffi dan Mullerii masing-masing merupakan asal-usul untuk
organ-organ reproduksi interna pad wanita dan pria. Sistem duktus lain yang
berbeda akan menghilang saat usia janin 3 bulan.
Pada
embriopria normal, sekresi peptida yang dikenal dengan Mullerian-inhibiting
subtance (MIS) terjadi di bawah pengaruh SRY. MIS disekresi oleh sel yang
akan menjadi sel sertoli pada testis dewasa. Hal ini akan menyebabkan duktus
Mulleri berdegenerasi. Testosteron diproduksi
oleh sel testis yang nantinya akan menjadi sel Leydig pada orang
dewasa. Testosteron mempengaruhi perkembangan sistem Duktus Wollfii untuk membentuk epididimis, vas deferens,
dan vesikula seminalis. Tidak
seperti pada orang dewasa, produksi testosteron oleh testis embrio tidak
dikontrol oleh sistem hipotalamus-hipofisis, namun hormon plasenta,
yaitugonadotropin korionik manusia (Hcg .
Tidak
ada MIS pada embrio wanita menyebabkan Sistem Mullerii menetap. Untuk
mencapai sistem urogenital , Duktus Mulleri menginduksi pembentukan lempeng
vagina. Hubungan antara duktus Mulleriidengan lempeng vagina juga
menginisiasi penyatuan duktus-duktus untuk membentuk badan uterus. Duktus Mullerii
akan membentuk tuba fallopi, uterus,dan sepertiga bagian atas vagina. Kegagalan perkembangan dan
penyatuan duktus Mulleriidapat menyebabkan kelainan uterus dan serviks.
Sebagian
kelenjar prostat berkembang dari
daerah primodial yang sama dari sinus urogenital yang membentuk lempeng
vagina pada wanita, menyebabkan prostat homolog dengan vagina bagian atas.
Dibawah pengaruh dihidrotestosteron
(DHT), mesenkinpada jaringan ini berdeferensiasi menjadi zona perifer
prostat. Jaringan yang berlebih di daerah sentral, yang mungkin merupakan
turunan Wollfii, membentuk zona sentral dan transisional prostat.
Genetalia Eksterna
Seperti
Gonad Primordial, tunas genetalia eksterna memiliki sifat bipotensial. Pada
minggu ke-8 masa embrio, celah urogenital,tuberkulum genital, dua lipatan
genitalia lateral, dan dua pembengkakan labioskrotal merupakan prekursos
terbentuknya genitalia eksterna. Deferesiensi sistem duktus Wollfii interna
tergantung pada testosteron, sedangakan struktur genitalia eksterna primodial DHT untuk berdeferensiasi menjadi struktur
genitalia pria yang dapat dikenali. Sumber DHT adalah testosteron testis yang
kemudian dikonversi secar lokal menjadi DHT pada genitalia eksterna
primodial. Denganadanya DHT, lobus kelenjar prostat berkembang ke arah luar
dari kolikulus seminalis dima uretra keluar dari kandung kemih. Lipatan
genitalia menyatu untuk membentuk penis di sekeliling panjang uretra. Pembengkakan
labioskrotal membesar dan bergabung membentuk skrotum.
Turunya
testis dari abdomen ke dalam skrotum merupakan peristiwa yang bergantung pada
androgen, dimana testi ditarik ke bawah oleh tali fibrosa ked dalam skrotum
yang sedang berkembang-gubernakulum.
Selama perkembangan, lipatan peritoneal di sekeliling duktus Wollfii dan
Mulleri (yang nantinya akan menjadi tunika vaginalis) berhubungan dengan
pembengkakan genitalia, dan gubernakulum membentuk rigi di bawah peritoneum.
Guberbnakulum yang menghubungkan testis dengan pembengkakan genitalia tidak
berkembang secepat sisa embrio, sehingga masing-masing testis secra progesif
ditarik ke bawah ke arah skrotum yang
sedang berkembang. Testis berada sedikit di atas cincin inguinal sampai 3
bulan terakhir masa kehamilan, setelah itu testis secara lengkap turun
melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum. Setelah testis turun secara
sempurna , kanalis inguinalis turun untuk mencegah isi abdomen mengalami
herniasi ke dalam skrotum. Penurunan testis membutuhkan hormon gonadotropin
janin.
Pada
wanita, lipatan pada celah urogenital
tetap terbuka. Aspek posterior sinusurogenital membentuk dua pertiga bagian bawah vagina , sedangkan aspek
anterior membentuk uretra. Lipatan
genitalia lateral membentuk labia
minora dan tonjolan labioskrotal membentuk labia mayora. Klitoris
terbentuk di atas uretra. Gubernakulum yang erbentuk di antar tepi Duktus
Mullerii dan ovarium mencapai kornu uterus saat berdefernsiasi. Gubernakulum
pada wanita menjadi ovarium dan ligamentum rotundum. Diferensiasi fenotipe
wanita terjadi pada keadaan tidak terdapatnya androgen dan tidak bergantung pada
ovarium.
Pajanan terhadap androgen
spesifik yang dimulai pada kehamilan minggu ke-5 masa embrio (minggu ke-7
siklus menstruasi) sangat penting untuk perkembangan fenotipe pria pada bayi
baru lahir. Janin yang terpajan pada DHT endogen dan eksogen pada saat ini
akan mengalami diferensiasi pria, tanpa memperhatikan seks genetik atau
gonad. Tidak adanya aktivitas androgen akan menghasilkan fenotipe wanita.
|
Anatomi Sistem Reproduksi Laki-laki
Organ
reproduksi laki-laki dibagi menjadi 2 bagian, yaitu alat kelamin dalam dan alat
kelamin luar.
Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam laki-laki terdiri atas
testis, saluran reproduksi dan kelenjar
kelamin.
a. Testis
Testis
adalah badan berbentuk oval, setiap testis disokong oleh funikulus spematikus
pada pertengahan skrotum.
Tunica albuginea adalah kapsula fibrosa testis. Tunica vaginalis adalah lapisan ganda, dengan rongga potensial
diantara kedua lapisan tersebut, yang mengelilingi testis kecuali bagian
posterior.
Struktur :
a.
Setiap testis dibagi oleh septa menjadi 200-300 lobulus.
Setiap lobulus mengandung
1-3 tubulus seminiferus.
b.
Tubulus semineferus adalah tubulus yang berkelok-kelok,
sampai sepanjang 70 cm.
c.
Spermatozoa dihasilkan setelah pubertas oleh sel-sel tubulus
semineferus.
d.
Pada bagainbelakang testis, tubulus semineferus bermuaranya
ke dalam sekitar 12 ductus efferentes, yang menembus tunica albuginea dan
memebentuk caput epididimis.
e.
Sel-sel interstitial, yang memproduksi hormon pria, terletak
di antara tubulus.
v
Suplai Darah
Setiap arteri testicularis keluar dari aorta abdominalis
tepat di bawah asal arteria renalis, berjalan di bagian depan dinding belakang
abdomen, dan mencapai testis dan epididimis dengan melewati funiculus
spermaticus.
v
Drainase Vena
Darah sari testis lewat ke dalam pleksus pampiniformis
vena-vena funiculuc spermaticus. Pleksus ini mengalirkan darah ke dalam vena
tunggal, yang berjalan ke atas bagian belakang abdomen. Vena testicularis dextra
memasuki vena cava inferior. Vena testicularis sisnistra memasuki vena renalis
sinistra.
v
Inervasi
Saraf simpatis melewati testis di atas arteria testicularis.
v
Gambaran Klinis
Hidrokel adalah pengumpulan cairan di dalam kantong tunica vaginalis.
Spermatozoza dibentuk setelah pubertas di dalam sel yang membentuk
dindidng tubulus semineferus dan berjalan di sepanjang tubulus ke dalam ductus
efferentes dan ke dalam epididimis.
Testosteron, hormon pria, dihasilkan di dalam sel interstitial
testis sejak pubertas. (Gibson, 2002 : 332- 334)
b. Saluran
pengeluaran
Saluran pengeluaran dalam organ reproduksi
dalam laki-laki terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan
uretra.
v Epididimis merupakan organ pengumpul yang melekat pada
bagain belkang testis. Organ ini memiliki caput (yang terdiri dari tubulus
efferen yang berasal dari testis), corpus, dan cauda (terdiri dari tabung
tunggal tempat duktus berjalan). (Gibson, 2002 : 334)
v Vas deferens merupakan tabung berdinding tebal. Dimulai
pada ujung bawah epididimis yang merupaka sambungan dari salurannya, berjalan ke arah atas di
belakang epididimis, melalui canalis inguinalis, memasuki pelvis, dan berjalan
di bagian belakang kandung kemih, tempat saluran tersebut terletak di sebelah
medial vesicular seminalis pada sisi yang sama. (Gibson, 2002 : 334)
v Ductus ejaculatoris merupakan saluran yang sama untuk vas deferens dan vesicular seminalis.
Saluran ini berjalan melalui kelenjar prostat bermuara ke dalam uretra pars
prostatica. (Gibson, 2002 : 335)
v Uretra merupakan
saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai
saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin
dari kantung kemih.
c. Kelenjar kelamin
Kumpulan kelenjar kelamin terdiri dari vesikula
seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Sebelum ejakulasi, kelenjar
tersebut mensekresikan mucus bening yang menetralkan setiap urine asam yang
masih tersisa dalam uretra.
Sel-sel sperma dapat bergerak dan mungkin
aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan plasma semen.
Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai media pelarut
dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak serta
melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan
kalium klorida), nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat, inositol,
fosfatase sera ergonin, dan sedikit vitamin-vitamin serta enzim-enzim. Kelenjar
aksesoris terdiri dari:
v Vesikula seminalis merupakan pembuluh darah yang dibentuk oleh
tabung bersakulasi yang berkelok-kelok, terletak pada setiap sisi, pada bagain
belakang kandung kemih. (Gibson, 2002 : 335)
v Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hamper sama dengan horse chestnut. Kelenjar ini mengelilingi bagian pertama uretra. Kelenjar ini
terletak dibawah kandung kemih, dibelakang simfisis penis, di depan rectum.
Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari sejumlah kelenjar
tubulus dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus di dalam kapsul.
-
Gambaran klinis
Kelenjar dapat terasa sebagai objek yang
keras dan licin melalui pemeriksaan rectal. Pembesaran
kelenjar sering terjadi pada usia lima puluh dan dapat menyebabkan
obstruksi pada mikturisis dengan menjepit uretra. Kanker kelenjar menyebabkan obstruksi yang sama dan dapat menyebar ke
organ dan jaringan lain. (Gibson, 2002 : 335)
v Kelenjar
bulbouretra adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak
disepanjang uretra, dibawah prostat. Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra)
merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Organ Reproduksi Luar
a.
Penis
Penis terdiri dari tiga badan silinder (corpora cavernosa
dextra, corpora cavernosa sinistra, dan corpus spongioum di bagain sentral). Di
bagian belakang melekat dengan bagian samping os pubis dan pada perineum.
Glans
penis adalah pembesaran jaringan tempat corpus spongioum membesar pada ujung
penis. Bagain ini dibungkus oleh prepusium.
Uretra
memasuki corpus spongioum di bagian posterior, berjalan di sepanjang corpus
spongioum dan bermuara pada mestus uretra eksterna pada ujung glans penis.
v Komposisi :
Corpora cavernosa dan corpus spongioum
disusun oleh jaringan seperti spons, yang dibentuk oleh jaringan ikat da otot
polos. Jaringan ini dibungkus oleh ruang vaskuler yang dapat berdilatasi.
v Gambaran
klinis :
Sirkumsisi adalah pembuanagn preputium. Spermatozoa
dibentuk di dalam tubulus semineferus dan mengalir menuju epididimis dan
sepnajng vas deferens. Vesicular seminalis tidak menyimpan spermatozoa, tetapi
memproduksi sebagian cairan yang menyangkut spermatozoa, tetapi memproduksi
sebagian cairan yang mengangkut spermatozoa. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang serupa.
Di bawah pengaruh rangsangan seksual, impula
berjalan di sepanjang saraf parasimpatis menuju arteriol penis. Arteriol
berdilatasi dan ruang vaskuler penis terbendung dengan darah dan penis membesar
dan menjadi kaku dan ereksi. Dengan demikian hubungan seksual dapat dilakukan.
Saat ejakulasi semen, terdidri dari sperma dalam cairan yang dihasilkan oleh
vesicular seminalis dan kelenjar prostat, dikeluarkan melalui uretra. (Gibson, 2002 : 335 – 337)
b.
Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit
dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di antara
penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan
labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri.
Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa
jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang
berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Pada skrotum manusia
dan beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh
sejak masa pubertas.
Fisiologi Sistem Reproduksi Laki-laki
Komponen Sistem Reproduksi Laki-laki dan Fungsinya
Komponen Sistem Reproduksi Laki-Laki
|
Fungsi
|
Organ Reproduksi Dalam :
|
|
|
|
|
|
|
·
Berfungsi untuk
menyalurkan sperma dari epididimis ke vasika seminalis
·
Tempat penyimpanan
sebagian dari sperma sebelum dikeluarkan
|
|
|
|
|
|
|
Organ reproduksi Luar :
|
|
·
Penis
|
Berfungsi sebagai alat
kopulasi (persetubuhan)
|
·
Skrotum
|
Untuk memberikan kepada testis suatu
lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan
temperature rongga tubuh.
|
Hormon
Pada Sistem Reproduksi Laki-laki
v
Kimia dan Biosintesis Testosteron
Sekresi
Testoteron oleh Sel Interstisial Testis. Testis mensekresikan beberapa hormon
seks pria yang bersama-sama dinamai androgen. Tetapi, salah diantaranya,
testoteron, jauh lebih banyak dan kuat dari pada lainnya serta dapat dianggap
merupakan satu hormone bermakna yang bertanggung jawab akan efek hormonal pria.
Testosteron, hormon utama testis, adalah
suatu steroid C19 dengan sebuah gugus –OH. Hormon ini disintesis
dari koleterol di sel-sel Leydig dan juga terbentuk dari androstenedion yang
disekresikan oleh korteks adrenal. Menurut konsep yang sekarang dianut, jalur
biosintetik pada semua organ endokrin yang membentuk hormone steroid serupa,
organ-organ hanya berbeda dalam system enzim yang dikandungnya. Di sel Leydig
11-dan 21-hidroksilase yang dijumpai di korteks adrenal tidak terdapat, tetapi
dimungkinkan 17α–hidroksilase. Dengan demikian pregnenolon mengalami
hidroksilasi di posisi 17 untuk membentuk dehidroepiandrosteron. Androstenedin
juga terbentuk melalui progesteron dan 17–hidroksiprogesteron, tetapi jalur ini
kurang menonjol pada manusia. Dehidroepiandrosteron dan androstenedin kemudian
diubah menjadi testosteron.
Sekresi testosteron berada di bawah control
LH, dan mekanisme bagaimana LH merangsang sel Leydig adalah melalui peningkatan
pembentukan AMP siklik melalui reseptor serpentine
LH dan Gs. AMP siklik meningkatkan pembentukan kolesterol dan
perubahan kolesterol menjadi pregenolon melalui pengaktifan protein kinase A.
Sekresi
Kecepatan sekersi testosteron adalah 4-9
mg/hari (13,9-31,2 nmol/hari) pada pria deasa normal. Sejumlah kecil
testosteron juga disekeresikan pada wanita, mungkin berasal dari ovarium tetapi
dapat juga dari adrenal.
Transpor dan Metabolisme
Metabolisme
testoteron. Setelah disekresi oleh testis, sebagian besar testosterone
berikatan longgar dengan dengan protein plasma, beredar dalam darah tidak lebih
dari 15-30 menit sebelum ia diikat pada jaringan atau didegradasi menjadi
bentuk tak aktiv dan kemudian disekresi
Sebagian
testoteron yang terikat pada jaringan diubah dalam sel menjadi
dihidrotestostero ; dalam bentuk ini testosterone melakukan banyak fungsi
intraselnya.
Degradasi
dan ekskresi testosterone. Testosterone yang tidak terikat pada jaringan akan
dengan cepat diubah terutama oleh hati, menjadi androsteron dan
dehidroepiandosteron dengan serentak
berkonyugasi sebagai glukuronida atau sulfat (khususnya glukuronida). Konjugasi
ini diekskresi dalam usus melalui empedu atau ke dalam urina.
Fungsi
Testosteron
Pada
umumnya, testosterone bertanggungjawab untuk membedakan sifat maskulinisasi
tubuh. Testis dirangsang oleh gonadotropin karionik plaseta untuk menghasiklan
sedikit testosterone waktu kehidupan fetal, tapi pada hakekatnya, tidak ada
testosterone yang dihasilkan waktu anak-anak sampai umur kira-kira 10-13
tahun.kemudian pembentukan testosterone meningkat cepat pada permulaan pubertas
dan berlangsung hamper seluruh kehidupan, berkurang cepat sekitar setelah usia 40 tahun sampai mungki9n menjadi
satu perlima nilai puncak menjelang 80 tahun.
Fungsi
testosterone waktu perkembangan fetus. Testosterone mulai dikeluarkan oleh pria
sekitar bulan kedua kehidupan embrional. Tentu saja ahli embriologi yakin bahwa
perbedaan funfsional utama antara kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa
kromosom pria menyebabkan rigi-rigi genital yang baru berkembang mengsekresi
testosterone, sedangkan kromosom wanita menyebabkan rigi-rigi ini mengsekresi
estrogen.penyuntikan hormone seks pria dalam jumlah besar ke binatang yang
hamil menyebabkan perkembangan organ seks jantan walaupun fetus tersebut
betina. Juga pembuangan testis fetus pada fetus jantan menyebabkan perkembangan
organ seks betina.oleh karena itu ada atau tidak adanya testosterone pada fetus
merpakan factor yang menentukan perkembangan sifat dan organ genitalia pria
atau wanita.yaitu testosterone yang disekresi oleh ridge genitalia dan
perkembangan selanjutnya testis bertanggungjawab akan perkembangan sifat
kelamin pria, termasuk pertumbuhan penis dan skrotum bukan pembentukan klitoris
dan vagina. Juga, testosterone menyebabkan perkembangan kelenjar prostate,
vesika seminalis, dan saluran genital pria, sedangkan pada saat yang sama
menekan pembentukan organ genitalia wanita.
Efek pada desensus
testis. Testis biasanya mengalami densesus masuk skrotum
selama dua bulan terakhir kehamilan, waktu testis menyekresi testosteron dalam
jumlah yang cukup. Bila anak lelaki dilahirkan dengan testis yang tidak
mengalami desensus, pemberian testoteron menyebabkan testis mengalami desensus
dengan cara yang biasa bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui
testis. Atau, pemberian hormon gonadotropin, yang merangtsang sel intersial
testis menghasilkan testoteron, juga myebabkan desensus testis. Jadi rangsangan
untuk desensus testis adalah testoteron, menunjukan sekali lagi bahwa
testoteron mungkin merupakan hormone yang penting untuk perkembangan seks pria
selama kehidupan fetal.
Efek
Testoteron pada Perkembangan Sifat Seksual Primer dan Sekunder Dewasa.
Sekresi testoteron setelah pubertas menyebabkan penis, skrotum dan testis
semuanya membesar beberapa kali sampai sekitar usia 20 tahun. Selain itu
testoteron menyebabkann “ sifat seksual sekunder “ pria berkembang pada saat
yang sama, mulai pada pubertas dan berakhir waktu dewasa. Sifat seksual
sekunder ini, selain organ seksual itu sendiri, membedakan pria dan wanita
sebagai berikut :
Distribusi
Rambut Tubuh. Testoteron menyebabkan pertumbuhan rambut :
(1)
di atas pubis,
(2)
pada wajah,
(3)
biasanya pada dada dan
(4)
lebih jarang pada daerah tubuh lain, seperti punggung
(5) Testoteron juga menyebabkan rambut pada
sel bagian besar tubuh lain menjadi lebih subur
Botak.
Testoteron mengurangi pertumbuhan rambut pada puncak kepala; pria yang tidak
mempunyai testis yang berfungsi tidak menjadi botak. Akan tetapi, banyak pria
virilisme tidak pernah botak, karena botak merupakan akibat dari dua factor:
pertama, dasar genetikperkembangan botak dan kedua, tumpang tindih pada dasar
genetic ini, jumlah hormone androgen yang banyak. Wanita yang mempunyai dasar
genetic yang cocok dan yang menderita tumor androgenic yang berlangsung lama
menjadi botak dengan cara yang sama seperti pria.
Efek
pada Suara. Testoteron yang disekresi testis atau yang
disuntikan pada tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan pembesaran
laring. Efek ini menyebabkan mula – mula suara menjadi relative sumbang seperti
“ pecah “, tetapi hal ini lambat laun berubah menjadi suara bass yang khas
untuk pria.
Efek pada Kulit.
Testoteron meningkatkan tebal kulit pada seluruh tubuh dan menignkatkan
kekasaran jaringan sub kutis.
Efek pada Pembentukan
Protein dan Perkembangan Otot. Salah satu sifat pria
yang terpenting adalah perkembangan peningkatan otot setelah pubertas. Hal ini
dihubungkan dengan peningkatan protein pada bagian tubuh lainnya. Banyak
perubahan pada kulit juga disebabkan karena pengendapan protein pada kulit, dan
perubahan pada suara mungkin sekurang – kurangnya sebagian, akibat fungsi
anabolic protein dari testoteron.
Testoteron
sering dianggap merupakan “ hormone remaja “ karena efeknya pada otot – otot,
dan kadang – kadang digunakan untuk pengobatan pada orang yang perkembangan
ototnya jelek.
Efek pada Pertumbuhan
Tulang dan Retensi Kalsium. Setelah pubeertas atau setelah
penyuntikan testosteron jangka lama, tulang tumbuh sangat tebal dan juga
mengendapkan banyak garam – garam kalsium. Jadi testosterone meningkatkan
jumlah total matriks tulang, dan juga menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan
matriks tulang diduga akibat dari fungsi anabolic umum testosteron pada
protein.
Bila
testosterone (atau androgen lain ) disekresi dalam jumlah besarpada anak yang
sedang tumbuh, kecepatan pertumbuhan tulang meningkat nyata, menyebabkan
percepatan peertumbuhan tubuh seluruhnya juga. Akan tetapi, testoteron juga
menyebabkan epifisis tulang bersatu dengan batang tulang dengan usia yang lebih
muda. Oleh karena itu, walaupun peertumbuhan cepat, persatuan epifisis ini
mencegah orang tumbuh setinggi seperti pertumbuhan yang akan terjadi bila
testosterone tidak disekresi sama sekali. Meskipun pada pria normal, tinggi dewasa akhir sedikit kurang daripada
yang diperoleh seseorang yang telah dilakukan kastrasi sebelum pubertas.
Efek pada Sel Darah Merah.
Rata – rata pria mempunyai 700.000 sel darah merah per milliliter kubik
daripada rata – rata wanita. Akan tetapi, perbedaan ini mungkin sebagian akibat
peningkatan laju metabolisme setelah pemberian testosterone bukan efek langsung
testosterone pada pembentukan sel darah merah.
Sembilan puluh delapan persen testosteron dalam
plasma terikat ke protein: 65% terikat ke-β-globulin yang disebut gonadal
steroid-binding globulin (GBG) atau corticosteroid-binding globulin, dan 33% ke
albumin.
v
Distribusi steroid dan kortisol gonad dalam
plasma
Steroid
|
% Bebas
|
% Terikat
|
||
CBG
|
GBG
|
ALBUMIN
|
||
Testosteron
Androstenedion
Estradiol
Progesteron
Kortisol
|
2
7
2
2
4
|
0
0
0
18
90
|
65
8
38
0
0
|
33
85
60
80
6
|
TABEL.CBG,
corticosteroid-blinding globulin.
GBG, gonadal steroid binding globulin
GBG juga mengikat estradiol. Kadar
testosteron plasma (bebas dan terikat) adalah sekitar 525 ng/dL (18,2 nmol/L)
pada pria dewasa dan 30 ng/dL (1,0 nmol/L) paad wanita dewasa. Kadar ini
sedikit menurun seiring pertambahan usia pada pria.
Sejumlah kecil testosteron dalam darah diubah
menjadi estrogen di suatu tempat di tubuh, tetapi sebagian besar diubah menjadi
17-ketosteroid dan diekskresikan di urin. Sekitar 2 pertiga 17-ketosteroid urin
berasal dari adrenal, dan sepertiga testis. Walaupun sebagian besar
17-ketosteroid merupakan androgen lemah (memiliki potensi testosteron sebesar
20% atau kurang), perlu ditekankan bahwa tidak semua 17-ketosteroid adalah
androgen dan tidak semua androgen adalah 17-ketosteroid. Etiokulanolon,
misalnya, tidak memiliki aktivitas androgenik, dan testosteron itu sendiri
bukan suatu 17-ketosteroid.
Efek
Selain efeknya selama perkembangan,
testosteron dan androgen lain memiliki efek umpan balik inhibitorik pada
sekresi Lh hipofisis; membentuk dan mempertahankan karakteristik seks sekunder
pria; serta memiliki efek mendorong pertumbuhan serta anabolik-protein yang
penting. Bersama FSH, testosteron berperan mempertahankan kelangsungan
gametogenesis.
Mekanisme Kerja
Seperti steroid lainnya, testosteron
berikatan dengan suatu reseptor intrasel, dan kompleks steroid-reseptor
kemudian berikatan dengan DNA di nukleus, menyebakan transkripsi berbagai gen.
selain itu, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT) oleh
5α–reduktase di beberapa jaringan sasaran, dan DHT berikatan dengan reseptor
intrasel yang sama seperti testosteron. DHT juga bersirkulasi, dengan kadar
plasma sekitar 10% testosteron. Kompleks testosteron-reseptor kurang stabil
dibandingkan dengan kompleks DHT-reseptor di sel sasaran, dan transformasi
kompleks tersebut ke DNA sel kurang sempurna. Dengan demikian, pembentukan DHT
adlah salah satu cara untuk meningkatkan efek testosteron di jaringan sasaran.
Kompleks testosteron-reseptor berperan dalam
pematangan struktur-struktur duktus wolffian, dengan demikian, bertanggung
jawab terhadap pembentukan genitalia interna pria selama perkembangan, tetapi
kompleks DHT-reseptor diperlukan untuk membentuk genitalia eksterna pria.
Kompleks DHT-resptor juga erperan dalam pembesaran prostat dan mungkin penis
pada saat pubertas serta rambut wajah, jerawat, dan pengunduran temporal gais
rambut. Di pihak lain, peningkatan masa otot dan munculnya doongan seks dan
libido pria lebih tergantung pada testosteron daripada DHT.
Defisiensi 5α–reduktase kongenital, yang
sering dijumpai di daerah-daerah tertentu Republik Dominika, menimbulkantipe
pseudohermafroditisme pria yang menarik. Orang-orang dengan sindrom ini lahir
dengan genitalian interna pria termasuk testis, tetapi genitalia eksternanya
wanita dan biasanya dibesarkan sebagai wanita. Namun, saat mereka mencapai
pubertas, sekresi LH dan kadar testosteron dalam darah meningkaat. Akibatnya,
mereka membentuk kontur tubuh pria dan memiliki libido pria. Pada tahap ini
mereka biasanya mengubah identitas jenis kelamin dan “menjadi pemuda”. Mereka
mengalami pertumbuhan rambut wajah atau kebotakan, tetapi klitoris membesar (”penis-at-12-syndrome”) sampai sebagian
dari mereka dapat berhubungan kelamin dengan wanita. Pembesaran ini mungkin
terjadi karena dengan tingginga LH, tersedia testosteron dalam jumlah cukup
untuk mengatasi kebutuhan akan amplifikasi DHT di genitalia, dan mungkin Karena
testosteron kadar tinggi menginduksi peningkatan 5α–reduktase. Sekarang telah dibuktikan bahwa
terdapat 2 5α–reduktase yang berlainan : 5α–reduktase 1, yang normal pada
sindrom ini dan 5α–reduktase 2, yang tidak dijumpai karena defek atau delesi
pada gen yang mengkode enzim tersebut.
Pembentukan estrogen oleh Testis
Lebih 80% esradiol dan 95% estron dalam plama
dewasa dibentuk melalui aromatisasi testosterone dan androstenedion dalam
darah. Sisanya berasal dari testis. Sebagain estradiol di darah vena testis
berasal dari sel Leydig, tetapi sebagian juga dibentuk melalui aromatisasi
androgen sis el Sertoli. Pada pria, kadar estradiol plasma adalah sekitar
2ng/dL (70pmol/L) dan kecepatan produksi total adalah 0,05 mg/hari (0,18
µmol/hari). Berlainan dengan keadaan pada wanita, pada pria terjadi peningkatan
sedang produksi estrogen seiring dengan pertambahan usia.
Kontrol Fungsi Testis
FSH bersifat tropic bagi sel Sertoli, dan FSH
serta androgen mempertahankan fungsi gametogenik testis. FSH juga merangsang
sekresi inhibin. Inhibin memberi umpan balik untuk mengahambat sekresi FSH. LH
bersufat tropik bagi sel Leydig dan merangsang sekresi testosterone, yang
selanjutnya member umpan balik untuk menghambat sekresi LH. Lesi hipotalamus
pada hewan dan penyakit hipotalamus pada manusia menyebabkan atrofi dan
hilangnya fungsi testis.
Inhibin
Testosteron menurunkan LH plasma, tetapi
kecuali pada dosis besar, hormon ini tidak memiliki efek pada FSH plasma. Pada
pasien yang mengalami atrofi tubulus seminiferus tetapi kadar testosteron dan
eksresi Lh normal, kadar FSH plasma meningkat. Pengamatn ini menyebabkan ditemukannya
inhibin, suatu faktor yang berasal dari testis dan menghambat sekresi FSH.
Terdapat 2 jenis inhibin dalam ekstrak testis pada pria dan dan dalam cairan
antral dari folikel ovarium pada wanita. Keduanya dibentuk dari 3 subunit
polipeptida : sebuah sub unit α terglikolisasi, βA dan βB,
masing-masing dengan berat molekul 14.000. subunit-subunit tersebut terbentuk
dari protein precursor. Subunit α bergabung dengan βA untuk
membentuk sebuah heterodimer dan dengan βB untuk membentuk
heterodimer yang lain, dengan ikatan disulfide menghubungkan subunit-subunit
tersebut. Baik αβA (inhibin A) maupun αβB (inhibin B)
menghambat sekresi FSH melalui efek langsung pada hipofisis. Inhibin dibentuk
oleh sel Sertoli pada pria dan sel granulosa pada wanita.
Heterodimer βAβB serta
homodimer βAβB dan βAβB juga
terbentuk. Dimer-diemr ini merangsang, bukan menghambat sekresi FSH dan dengan
demikian disebut aktivin. Fungsinya dalam reproduksi masih belum dipastikan.
Namun, inhibin dan aktivin adalah anggota superfamili TGFβ faktor pertumbuhan
dimetrik yang juga mencakup MIS. Telah berhasil diklon dua reseptor aktifin,
dan keduanya tampaknya termasuk serinkinase. Inhibin dan aktivin, ditemukan
tidak hanya di gonad tetapi juga di otak dan banyak jaringan lain. Di sumsum
tulang, aktivin berperan dalam pembentukan sel darah putih. Pada masa kehidupan
mudigah, aktivin terlibat dalam pembentukan mesoderm. Semua mencit dengan
delesi α–inhibin pada awalnya tumbuh
secara normal tetapi kemudian menderita tumor-tumor stroma gonad, sehingga gen α–inhibin adalah suatu gen penekan tumor
(tumor suppressor gene).
Dalam plasma, aktivin dan inhibin diikat ole α 2-makroglobulin. Dalam
jaringan, aktivin berikatan dengan famili 4 glikoprotein yang disebut
folistatin. Pengikatan aktivin membuat aktifitas biologik molekul ini tidak
aktif, tetapi kaitan antara folistatin dan inhibin serta fungsi biologiknya
masih belum diketahui.
Umpan Balik Steroid
“Hipotesis kerja” yang sekarang berlaku
mengenai bagaimana fungsi testis diatur. Katrasi akan diikuti oleh peningkatan
isi dan sekresi FSH dan LH dari hipofisis, dan lesi hipotalamus mencegah
kenaikan ini. Testosteron menghambat sekresi LH dengan bekerja secara langsung
pada hiipofisis anterior dan dengan menghambat sekresi GnRH dari hipotalamus.
Inhibin kerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk menghambat sekresi
FSH.
Sebagai respon terhadap LH, sebagian
testosteron yang disekresikan dari sel Leydig membasahi epitel seminiferus dan
memberikan sel Sertoli konsentrasi local androgen yang tinggi yang penting
untuk spermatogenesis normal. Testosteron yang diberikan sistemis tidak
meningkatkan kadar androgen di testis samapi setinggi itu, dan hal ini menghambat
sekresi LH. Akibatnya, efek akhir testosteron yang diberikan sistemik secara
umum adalah penurunan hitung sperma. Terapi testosteron pernah dianjurkan
sebagai salah satu cara kontrasepsi pria. Namun dosis testosteron yang
diperlukan untuk menekan spermatogenesis menyebabkan retensi natrium dan air.
Sekarang sedang dijajaki kemungkinan penggunaan inhibin sebagai kontarsepsi
pria. (Ganong. 1998 : 422 – 425)
Spermatogenesis
Spermatogonia, sel-sel germinativum primitive
yang terletak di samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi
spermatosit primer. Proses ini dimulai pada masa akil baligh. Spermatosit
primer mengalami pembelahan meiotik, sehingga jumlah kromosomnya berkurang.
Dalam proses 2 tahap ini sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit sekunder
lain menjadi spermatid, yang mengandung jumlak kromosom haplod (23). Spermatid
berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah
dan menjadi matang, turunan-turunannya tetap terikat oleh jembatan sitoplasma
sampai stadium spermatid lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisasi
diferensiasi masing-masing klon sel gerimnativum. Perkiraan jumlah spermatid
yang terbentuk dari sebagian spermatogonium adalah 512. Pada manusia, melalui
proses spermatogenesis yang teratur ini diperlukan waktu rerata 74 hari untuk
membentuk sebuah sperma matang dari sel germinativum primitif.
Masing-masing
sperma adalah seluruh motif ruma, yang kaya DNA, dengan sebuah kepala yang
tersusun sebagian besar oleh bahan kromosom. Penutup kepala disebut akrosom,
suatu organel mirip lisosom yang kaya enzim-enzim yangbertanggung jawab dalam
penetrasi sperma ke ovum dan proses-proses lain yang terjadi selama pembuahan.
Bagian proksimal ekor sperma yang motil ditutupi oleh suatu selaput yang berisi
banyak mitokondria. Membrane spermatid lanjut dan spermatozoa mengandung enzim
pengkonversi angiotensia tipe kecil khusus yang disebut
germinalangiotensin-converting enzim, tetapi fungsi enzim ini dalam sperma
tidak diketahui.
Spermatid
berkembang menjadi spermatozoa di lipatan-lipatan sitoplasma yang dalam pada
sel Sertoli. Spermatozoa matang dlepaskan dari sel Sertoli dan menjadi bebas
dalam lumen tubulus. Sel-sel Sertoli mensekresikan protein pengikat androgen
(AEP) dan inhibin. Sel-sel ini tidak mensintesis androgen, tetapi mengandung
aromatase, enzim yang berperan dalam perubahan androgen menjadi estrogen, dan
sel-sel ini dapat menghasilkan estrogen. ABP mungkin berfungsi untuk
mempertahankan pasokan androgen yang tinggi dan stabil dalam cairan tubulus.
Inhibin menghambat sekresi FSH.
FSH
dan androgen mempertahankan fungsi gametodenik testis. Setelah hipofisektomi,
penyuntikan LH menghasilkan konsentrasi androgen local yang tinggi di testis,
dan hal ini mempertahankan spermatogenesis. Terdapat beberapa bukti bahwa
testosterone berpindah dari vena spermatika menuju arteri spermatika sewaktu
kedua pembuluh ini berjalan sejajar satu sama lain di skrotum, sehingga
konsentrasi androgen yang tinggi dalam testis dapat dipertahankan.
Stadium-stadium spermatogenesia menjadi spermatid tampaknya tidak bergantung
pada androgen. Namun, pemtangan dari spematid menjadi spermatozoa bergantung
pada androgen yang bekerja pada sel Sertoli tempat terbenamnya spermatozoa yang
sedang tumbuh. FSH bekerja pada sel Sertoli untuk memperlancar stadium-stadium
akhir pematangan spermatid. Selain itu, FSH mendorong pembentukan ABP.
Spermatozoa
yang meninggalkan testis belum sepenuhnya mampu bergerak. Spermatozoa
melanjutkan pematangannya dan memperoleh motilitas sewaktu melintasi
epididimis. Terdapat beberapa bukti bahwa motilitas sperma ditingkatkan oleh
relaksin, yang mnugkin dihasilkan oleh prostat. Kapasitas sperma melakukan
pembuahan juga ditingkatkan bila sperma tersebut berada dalam waktu yang cukup
di saluran reproduksi wanita. Proses awal yang terjadi dalam saluran
reproduktif wanita disebut kapasitasi. Proses ini menyebabkan sperma lebih
mampu melekat ke ovum.
Spermatositogenesis
Pembelahan spermatogonia agar tetap
tersedia sel yang akan berkembang menjadi spermatosit
primer. (Tahap I )
Meiosis Merupakan rangkaian dua
peristiwa pembelahan untuk mengurangi jumlah kromosom dari diploid menjadi
haploid yang menghasilkan spermatid. (Tahap II)
Spermiogenesis
Merupakan peristiwa
perkembangan dan perubahan dari spermatid menjadi spermatozoa yang dilepas
kedalam lumen tubulus seminiferus. Saat ini spermatozoa masih non motil.
(Tahap III)
|
Pada
tubulus seminiferus terdapat sel epitel germinal yang disebut : Sprematogonia.
Spermatogonia ini membelah diri dan
akhirinya membentuk spermatosit primer (pre kursor sperma). Spermatosit primer
ini membelah diri membentuk dua buar
spermatosit sekunder yang selanjutnya membelah diri menjadi empat buah
spermatid. Dalam beberapa minggu
spermatid ini berkembang menjadi
spermatozoa. Perubahan spermatid menjadi
spermatozoa dengan cara :
- Menghilangkan beberapa sitoplasmanya.
- Reorganisasi benda – benda kromatin pada intinya untuk membentuk kepala
- Mengumpulkan sisa – sisa sitoplasma dan memberan sel pada salah satu ujung sel untuk membentu ekor.
Pada
tahap II spermatogenesis (Meiosis) terjadi pembelahan sel yang spesifik
dimana 23 pasang kromososm tidak
dibentuk kembali tetapi hanya memisahkan diri . 23 kromosom yang tidak
berpasangan ini akan masuk kedalam spermatosit sekunder. Dan Proses ini akan
terjadi terus mmenerus. Oleh karena itu setiap spermatid terdiri dari 23
kromosom yang tidak berpasangan, sehingga setiap sperma yang matur hanya
membawa kromosom yang tidak berpasangan.
Kromosom
Seks
Dalam
spermatogonium terdapat 23 pasang kromosom yang mengandung informasi genetic
penentu jenis kelamin anak. Pada pasangan ini terdapat satu kromosom X
(kromosom wanita) dan satu kromosom Y (kromosom laki – laki) . Pada proses meiosis, kromosom seks ini
membelah diantara spermatosit sekunder, sehingga setengah setengah dari sperma menjadi sperma
pria (kromososm Y) dan setenganya menjadi sperma wanita (Kromosom X). Jenis
kelamin Anak akan ditentukan oleh kedua Jenis sperma ini.
Efek Suhu
Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah
daripada suhu bagian dalam tubuh. Testis dalam keadaan normal memiliki suhu
sekitar 320C. testis dipertahankan dingin oleh udara yang mengaliri
skrotum dan mungkin oleh pertukaran panas melalui arus balik antara arteri dan
vena spermatika.. Bila testis tetap berada di dalam abdomen, atau bila
dilakukan pada hewan percobaan, didekatkan tubuh dengan pakaian yang erat, akan
terjadi degenerasi dinding tubulus dan sterilitas. Mandi air panas (43-450C
selama 30 menit per hari) dan penyokong atletik berinsulasi menrunkan hitung
sperma pada manusia, kadang-kadang sebesar 90%. Namun penurunan dengan cara ini
tidak cukup konsisten untuk menjadikannya suatu tindakan untuk kontrasepsi
pria. Selain itu terdapat bukti yang mengisyaratkan adanya efek musim pada pria,
dimana hitung sperma lebih tinggi pada musim dingin berapapun suhu pajanan
skrotum.
Sperma
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, semen
mengandung sperma dan sekresi vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan
mungkin kelenjar uretra. Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL, setelah
beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma menurun dengan
cepat bila ejakulasi berulang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk
membuahi ovum, setiap millimeter semen normal mengandung 100 juta sperma. Lima
puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL, dan pada dasarnya semua
yang hitungnya kurang dari 20 juta/mL adalah gundul. Prostaglandin dalam semen,
yang sebenarnya dating dari vesikula seminalis, berkadar tinggi, tetapi fungsi
turunan asam lemak ini dalam semen tidak diketahui.
Sperma
manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/mnt melintas saluran genitalia
wanita. Sperma mencapai tube uterine 30-60 menit setelah kopulasi. Pada
beberapa spesies, kontraksi irgan wanita mempermudah transport sperma ke tuba
uterine, tetapi tidak diketahui apakah kontraksi semacam itu terjadi pada
manusia.
Komposisi semen manusia
|
1.
Warna : Putih, opalosen
2.
Berat jenis sepsifik : 1,028
3.
pH : 7,35-7,50
4.
Hitung sperma : rerata sekitar 100 juta/mL,
dengan bentuk abnormal kurang dari 20%
5.
Komposisi lain :
Dari
vesikula seminalis (membentuk 60% volume total):
- Fruktosa (1,5-6,5 mg/mL)
- Fosforilkolin
- Ergotionin
- Asam askorbat
-
Flavin
-
Prostaglandin
Dari
prostat (membentuk 20% volume total):
- Spermin
- Asam sitrat
- Kolesterol, fosfolipid
- Fibrinolisin, fibrinogenase
- Seng
- Fosfatase asam
Penyangga:
- Fosfat
- Bikarbonat
- Hialuronidasew
(Ganong, 1998 : 418 – 420)
|
Tahap Aktifitas Dan Rangsangan
Saraf Seksual Pria
Isyarat
saraf terpenting untuk memulai tindak seksual pria berasal dari glans penis,
karena glans penis mengandung organ akhir sensoris yang sangat rapi, yang
menghantarkan ke susunan saraf pusat suatu modalitas kesan khusus yang
dinamakan kesan seksual. Kerja pemijitan glans waktu hubungan kelamin
merangsang organ akhir sensorik, dan kesan seksual selanjutnya dihantarkan
melalui nervus pundendus, kemudian ke pleksus sakralis masuk bagian sacral
medulla spinalis., dan akhirnya berjalan ke atas melalui medulla spinalis
menuju ke daerah serebrum yang belum jelas. Impuls juga dapat masuk
medulla spinalis dari daerah – daerah yang berdekatan dengan penis untuk
membantu merangsang tindakan seksual.
Misalnya
perangsangan epitel anus, skrotum, dan struktur perineum umumnya semua dapat
mengirimkan impuls kedalam medulla spinalis yang menambah kesan seksual. Kesan
seksual malahan dapat berasal dari struktur interna, seperti perangsangan
daerah uretra, kandung kemih, prostate, vesika seminalis, testis dan vas
deferens. Tentu saja salah satu penyebab “ dorongan seksual “ mungkin oleh
pengisian berlebihan organ seksual dengan secret. Infeksi dan peradangan organ
seksual ini kadang-kadang hampir selalu menyebabkan hasrat seksual yang terus
menerus, dan obat “ofrodisiak” seperti kantarid, meningkatkan hasrat seksusl
dengan mengiritasi mukosa kandung kemih uratra.
Unsur
psikis perangsangan seksual pria. Rangsangan psikis yang sesuai dapat sangat
meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan seksual. Memikirkan
gagasan seksual atau malahan mimpi sedang melakukan hubungan seksual dapat
menyebabkan terjadinya tindakan seksual pria dan mencapai puncaknya pada ejakulasi.
Tentu saja emisi noturna waktu mimpi terjadi pada banyak pria selama beberapa
stadium kehidupan seksual, khususnya selama usia belasan tahun.
Integrasi
Tindakan Seksual Pria pada Medulla Spinalis. Walaupun factor psikis biasanya
memegang peranan penting pada tindakan seksual pria dan jelas dapat memulainya,
serebrum mungkin tidak diperlukan secara absolute untuk pelaksanaannya, karena
perangsangan genitalia yang cocok dapat menyebabkan ejakulasi pada beberapa
binatang dan kadang-kadang pada manusia yang medula spinalisnya telah dipotong
di atas daerah lumbal. Oleh kerena itu, tindakan seksual pria akibat dari
mekanisme refleks yang terintegrasi pada daerah sakral dan lumbal medula
spinalis, dan mekanisme ini dapat diaktifkan oleh rangsangan psikis atau
rangsangan seksual yang sebenarnya.
v Ereksi
Ereksi diawali oleh dilatasi arteriol-arteriol
penis. Sewaktu jaringan erektil penis terisi darah, vena mengalami
tekanan dan aliran keluar terhambat sehingga torgor organ bertambah.
Pusat-pusat integrasi di segmen lumbal medulla spinalis diaktifkan oleh impuls
dalam aferen dari genitalia dan traktus desendens yang memperantarai ereksi
sebagai respon terhadao rangsangan psikis erotik. Serat parasimpatis eferen
berada dalam saraf splanknik panggul (nervi erigentes). Serat-serat tersebut
diperkirakan mengandung asetilkolin dan VIP sebagai kotransmiter. Sebagian
serat berakhir secara prasinaptik pada neuron noradrenergic, tempat asetilkolin
bekerja pada reseptor muskarinik untuk menurunkan pelepasan vasokonstriktor
norepinefrin. Selain itu VIP menimbulkan vasodilatasi. Namun penyuntikan VIP
tidak menimbulkan keadaan yang benar-benar seperti ereksi. Juga terdapat
serat-serat nonkolinergik nonadrenergik di nervi erigentes, dan serat-serat ini
mengandung sejumlah besar NO sintase, enzim yang mengkatalis pembentukan
vasodilator kuat nitrat oksida. Penyuntikan inhibitor NO sintase mencegah
ereksi yang secara normal timbul setelah rangsangan pada saraf-saraf panggul
pada hewan percobaan. Dengan demikian, tampaknya NO adalah suatu mediator
ereksi yang penting. Pada keadaan normal,ereksi diakhiri oleh impuls
vasokonstriktor simpatis pada arteriol. (Ganong,1998 : 421)
v
Lubrikasi
Selama
perangsangan seksual, impuls parasimpatis, selain meningkatkan ereksi,
menyebabkan kelenjar Littre dan kelenjar bulbouretralis menyekresi mucus. Jadi,
mukus mengalir melalui uretra waktu hubungan kelamin untuk membantu melumasi
koitus. Akan tetapi, sebagian besar pelumasan koitus di lakukan oleh organ
seksual wanita bukan oleh organ seksual pria. Tanpa pelumasan yang memuaskan,
tindakan seksual pria jarang berhasil karena hubungan seksual yang tanpa
pelumasan menyebabkan impuls nyeri yang menghambat kesan seksual, bukan
meningkatkan kesan seksual.
Terjadinya pelumasan
akibat mucus yang dikeluarkan oleh kelenjar urethra dan bulbourethra kedalam
vagina, agar memudahkan ketika melakukan hubungan seksual (coitus).
v Emisi
Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang
menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kemudian, kontraksi otot
yang melapisi kelenjar prostat akhirnya diikuti dengan kontraksi vesikula
seminalis yang mengeluarkan cairan prostat dan cairan seminal, mendorong sperma
lebih jauh. Semua cairan ini bercampur dalam uretra interna dengan mukus yang
telah disekresi oleh kelenjar bulbouretratis dan membentuk semen. Proses
tersebut adalah emisi.
v Ejakulasi
Pengisian
uretra interna kemudian menimbulkan isyarat yang di hantarkan ke daerah sakral
medulla spinalis. Selanjutnya, impuls saraf berirama dikirim dari medula spinalis
ke otot-otot rangka yang meliputi basis jaringan erektil, menyebabkan
peningkatan tekanan berirama yang seperti gelombang pada jaringantersebut, yang
“ mengejakulasikan” semen dari uretra ke luar.
Proses ejakulasi terbagi menjadi 3 macam, yaitu ejakulasi dini
ringan, sedang dan berat. Ejakulasi dini ringan berarti
ejakulasi terjadi setelah hubungan seksual berlangsung singkat, hanya beberapa
kali gesekan. Pada ejakulasi dini sedang, ejakulasi terjadi
setelah terjadi masuknya penis ke dalam vagina. Sedang pada ejakulasi
dini berat, hubungan seksual tidak sempat berlangsung karena ejakulasi
terjadi sebelum berlangsung penis masuk ke dalam vagina. Ejakulasi terjadi
begitu penis menyentuh kelamin wanita bagian luar. Bahkan sebagian kecil laki-laki
dengan ejakulasi dini berat sudah mengalami ejakulasi sebelum penisnya
menyentuh kelamin wanita bagian luar. (http://www.seksehat.info/kesehatan-reproduksi/mengenali-ejakulasi-dini-dan-cara-pengobatannya.html).
Ada beberapa teori
penyebab ejakulasi dini:
·
Ejakulasi dini dapat
disebabkan oleh adanya suatu gangguan yang bersifat psikofisiologik. Ada
beberapa masalah yang melatar belakangi terjadinya ejakulasi dini, yaitu
hubungan suami istri yang tidak harmonis, perasaan tidak senang terhadap
pasangannya, dan rasa takut terhadap wanita.
·
Kecemasan juga berperan
penting dalam proses ejakulasi dini karena masalah tersebut seringkali
merupakan bagian dari situasi dan hampir semua penderita dapat mengendalikan
ejakulasi selama masturbasi. Hubungan seksual terlarang dan takut diketahui
orang lain mendorong timbulnya kecemasan. Adanya ketidakpuasan partner seksual
juga akan menambah kecemasan yang ujungnya akan memperparah ejakulasi dini.
·
Kebiasaan mencapai
orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sebelumnya. Misalnya suka masturbasi
atau onani dengan tergesa-gesa.
·
Kurang berfungsinya
serotonin, suatu bahan neurotransmitter yang berfungsi menghambat
ejakulasi.
·
Gangguan kontrol syaraf
yang mengatur peristiwa ejakulasi (hipersensitivitas refleks ejakulasi). Laki-laki
dengan disfungsi ereksi pada umumnya mengalami ejakulasi dini. Sebaliknya, laki-laki
dengan ejakulasi dini pada akhirnya dapat mengalami disfungsi ereksi. (http://www.seksehat.info/kesehatan-reproduksi/mengenali-ejakulasi-dini-dan-cara-pengobatannya.html)
v
Resolusi
Tahap terakhir adalah
ketika tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase
resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering
kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas
seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan
sebelum orgasme selanjutnya.
Kelainan Fungsi Testis
Kriptokidismus
Testis terbentuk di dalam rongga abdomen dan secara
normal bermigrasi ke skrotum selama masa perkembangan janin. Penurunan testis
ke daerah inguinal dan penurunan dari daerah inguinal ke skrotum bergnatung
pada faktor-faktor lain. Penurunan ini tidak sempurna pada satu atau, yang
lebih jarang kedua testis pada 10% bayi laki-laki baru lahir, testis tetap
berada di dalam ringga abdomen atau kanalis inguinalis. Namun, biasanya terjadi
penurunan spontan testis, dan proporsi anak laki-laki yang testisnya tidak
turun (kriptokidismus) turun menjadi 2% pada usia 1 tahun dan 0,3% setelah
pubertas. Pemberian hormone gonadotropik mempercepat penurunan pada sebagain
kasus, atau kelainan ini dapat diperbaiki secara bedah. Pengobatan harus
dilakukan, sebaiknya sebelum pubertas, karena terdapat peningkatan insidens
tumor ganas pada testis yang tidak turun dibandingkan dengan testis di skrotum
dank arena setelah pubertas suhu di abdomen yang lebih tinggi akhirnya
menyebabkan kerusakan ireversibel epitel spermatogenik. (Ganong, 1998: 425 – 426).
Hipogonadisme Pria
Gamabaran klinis hipergonadisme pada
pria bergantung pada apakah defisiensi testis terjadi sebelum atau setelah
pubertas. Pada orang deasa, hal ini disebabkan oleh penyakit tetstis, maka
kadar gonadotropin dalam darah meningkat (hipogonadisme hipergonadotropik),
sementara bila sekunder disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau
hipotalamus (misalnya sindrom Kallman), kadar gonadotropin dalam darah menurun
(hipogonadisme hipogonadotropik). Bila fungsi endokrin testis menghilang pada
masa dewasa, mka karakteristik seks sekunder menghilang secara bertahap karena
untuk mempertahankan karakteristik-karakteristik tersebut, bila telah
terbentuk, hanya diperlukan sedikit androgen. Pertumbuhan laring selama masa
akil baligh bersifat permanen dan suara tetap berat. Pada pria yang dikastrasi
pada masa dewasa mengalami kehilangan sebagian libido, wlaupun kemampuan
berkopulasi menetap untuk beberapa waktu.
Mereka kadang-kadang mengalami hot flashes dan biasanya lebih mudah tersinggung, pasif, dan
menderita depresi dibandingkan pria dengan testis utuh. Bila defisiensi sel
Leydig berlangsung sejak masa anak-anak, maka gambaran klinisnya adalah
eunukoidisme. Orang-orang eunokoid yang berusia di atas 20 tahun biasanya
tinggi, walaupun tidak setinggi raksasa hiperpituarisme, karena epifisis tetap
terbuka dan terjadi pertumbuhan melampaui usia pubertas. Mereka memiliki bahu
sempit dan otot kecil, yaitu konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa.
Genitalia kecil dan suara memiliki nada tinggi. Terdapat rambut pubis dan
ketiak karena sekresi androgen adrenokorteks. Namun, rambut jarang, dan
memiliki distribusi rambut pubis wanita yaitu “segitiga dengan dasar diatas”,
bukan pola “segitiga dengan dasar di bawah” (escutcheon pria) seperti yang
dijumpai pada pria normal. (Ganong, 1998: 426)
Tumor Pensekresi
androgen
Tidak dikenal adanya “hiperfungsi” testis tanpa
pembentukan tumor. Tumor sel Leydig yang menghasilkan androgen jarang ditemukan
dan menyebabkan gejala-gejala endokrin hanya pada anak laki-laki prapubertas,
yang mengalami pseudopubertas prekoks. (Ganong, 1998:426)
Cara Menjaga Kebersihan Organ Kelamin
Laki-laki
Kulit daerah kemaluan harus dibersihkan dengan baik untuk mencegah infeksi. Infeksi
area genital menyebabkan nyeri hebat dan rasa tidak nyaman. Bahkan tak jarang
menyebabkan kesulitan intercourse selama ajang bercinta. Kalau sudah ada
tanda-tanda ketidaknyamanan area genital, segeralah konsultasi ke dokter.
Sebenarnya,
dibanding vagina,
penis
cenderung lebih tahan terhadap infeksi dan iritasi karena sebagian besar penis
terlindungi oleh kulit yang cukup tebal. Kalaupun ada infeksi, laki-laki
biasanya lebih mudah dan cepat tahu, karena biasanya ditandai dengan rasa sakit
saat buang air kecil.
Kelenjar di
sekitar ujung penis menghasilkan smegma,
suatu zat berwarna putih dan agak lengket setiap harinya. Sekresi ini bila
dikombinasikan dengan air seni, keringat, bakteri, dan air mani, akan
mengakibatkan akumulasi bau yang sangat menggangu. Zat
putih tersebut juga bisa menyebabkan infeksi yang biasanya ditandai dengan
kulit kemerahan dan iritasi.
Untuk
membersihkannya, tariklah kulup ke arah belakang, lalu cuci bersih permukaan
kepala penis dan juga kulit serta lipatan-lipatannya. Berbagai cara menjaga higienitas daerah kemaluan (alat kelamin)
untuk mencegah infeksi kelamin, di antaranya :
Hindari
pula memakai celana dalam dan celana luar (misal celana jins) terlalu ketat.
Selain membuat peredaran darah tidak lancar, penis dan testis juga akan
kepanasan. Padahal panas berlebihan akibat suhu udara, keringat, dan pakaian
yang terlalu ketat, akan menurunkan kualitas sperma sehingga menurunkan
kemampuannya untuk membuahi sel telur.
Jadi sangatlah penting menjaga kebersihan Organ seksual (alat kelamin)
anda, agar tidak terjangkit penyakit atau menimbulkan bau yang tidak mengenakan
yang bisa membuat anda atau orang disekitar anda merasa tidak nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar