Kelompok 3
Kelas S1 3A
Nama anggota :
1)
Catarina Ruslina Utari (
101.0015 )
2)
Dyanti Ayu C.L (
101.0029 )
3)
Ika Mahardini (
101.0051 )
4)
Prakoda Bagus (
101.0085 )
5)
Ucik Fitri (
101.0109 )
TUGAS REPRODUKSI
FISIOLOGI HAID
Fisiologi Menstruasi
Normal
Apa Yaa Definisi Haid ???
Haid
(menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan dalam tubuh seorang
wanita menjalankan fungsinya.
Lama
haid biasanya antara 3 – 6 hari, ada
yang 1 – 2 hari dan diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai
7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50%
darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri
dari autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzym
proteolitik.
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat
dibagi menjadi dua segmen : siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium
lebih lanjut dibagi menjadi fase follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase
proliferasi dan sekresi. Siklus ovarium
digolongkan seperti :
a. Fase
follikuler: pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang menyebabkan maturisasi
follikel pada pertengahan siklus yang dipersiapkan untuk ovulasi. Lama fase
folikuler ini kurang lebih 10-14 hari.
b. Fase
luteal: yaitu fase waktu dari awal ovulasi sampai awal menstruasi, dengan waktu
kurang lebih 14 hari. (Guyton, 2007)
Bagaimana Perubahan ovarium dalam siklus haid ???
a.
Ovarium selama masa
neonatus
Bayi
baru lahir memiliki ± 400.000 folikel
pada kedua ovarium. Diameternya kurang lebih 1 cm, dengan berat sekitar 250 – 350 mg pada waktu lahir. Pada
masa ini seluruh oosit terdapat dalam bentuk follikel primordial.
b.
Ovarium selama masa
anak-anak
Pada
masa anak anak fungsi ovarium masih belum normal. Ovarium sebagian besar
terdiri atas kortek yang mengandung banyak follikel primordial. Follikel mulai
berkembang akan tetapi tidak pecah dan kemudian mengalami atresia insitu.
Hormon hipofise yang diperlukan untuk ovulasi belum berfungsi dengan baik.
Hormon gonadotropin baru meningkat kadarnya pada usia 9 tahun yang menyebabkan
produksi estrogen juga meningkat. Peningkatan ini menyebabkan perkembangan
tanda kelamin sekunder pada wanita.
Menarche biasanya terjadi setelah
2 tahun setelah itu.
c.
Ovarium pada masa
reproduksi
Masa
reproiduksi biasanya terjadi pada umur kira kira 12 – 16 tahun dan berlangsung
kurang lebih 35 tahun dalam hidup manusia. Pada ovarium terjadi perubahan
dimana follikel primordial tumbuh menjadi besar serta banyak mengalami atresia,
biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus membentuk ovum dan pecah pada
waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ cell berkurang dari 300.000 sampai
500.000 unit. Selama usia reproduksi yang berkisar antara 35 – 40 tahun, 400 sampai 500 akan mengalami
ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang menopause dan tinggal
beberapa ratus pada saat menopause. Kira kira 10 – 15 tahun sebelum menopause sudah terjadi peningkatan
jumlah follikel yang hilang. Ini berhubungan dengan meningkatnya hormon
FSH. Dalam tahun reproduksi, pematangan
follikel akibat interaksi antara hipotalamus - pituitari – gonad (Nelson,
2009).
d.
Perkembangan folikel
Mula
mula sel sel yang berada disekeliling ovum jumlahnya berlipat ganda, kemudian
diantara sel sel ini muncul rongga yang berisi cairan yang dinamankan liquor
folliculi. Hal ini membuat ovum terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah
tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga follikel. Tumpukan sel dengan sel
telur didalamnya disebut cumulus
oophorus. Antara sel telur dan sel sekitarnya terdapat zona pelluzida. Sel sel granulosa lainnya
yang membatasi ruang follikel disebut
membrane granulosa. Dengan tumbuhnya follikel jaringan ovarium sekitar
follikel tersebut terdesak keluar dan membentuk 2 lapisan, yaitu theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca externa yang terdiri dari jaringan ikat
yang padat. Follikel yang masak ini disebut follikel de Graaf (Nelson , 2009).
Follikel de Graaf
menghasilkan estrogen dimana tempat pembuatannya terdapat di theca interna.
Liquor follikuli yang terbentuk terus menyebabkan tekanan didalam follikel
makin tinggi, tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya tergantung pada tekanan
tinggi tersebut melainkan juga harus mengalami perubahan perubahan nekrobiotik
pada permukaan follikel follikel. Pada permukaan ovarium sel sel menjadi tipis
hingga pada suatu waktu follikel akan pecah dan mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama dengan ovumnya yang
dikelilingi oleh sel sel cumulus
oophorus. Keluarnya sel telur dari
folikel de Graaf disebut ovulasi.
Setelah ovulasi maka sel sel granulosa dari dinding folikel mengalami perubahan
dan mengandung zat warna yang kuning disebut
corpus luteum. Corpus luteum mengeluarkan hormon yang disebut
progesterone disamping estrogen. Tergantung apakah terjadi konsepsi (pembuahan)
atau tidak, corpus luteum dapat menjadi corpus luteum graviditatum atau corpus luteum menstruationum. Jika terjadi konsepsi,
corpus luteum dipelihara oleh hormon Chorion Gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas
dari korion. (Guyton, 2007)
Fungsi hormon-hormon apa saja yang terlibat dalam siklus menstruasi ??
Siklus
menstruasi melibatkan kerja dari sejumlah sistem hormon yang kompleks dan
terkoordinasi dengan baik. Proses ini dipengaruhi oleh mekanisme neuro endokrin yang sangat
kompleks. Koterks serebri, hipofisis, ovarium dan rangsangan eksterna akan
dapat mempengaruhi fungsi reproduksi. Kelenjar hipofisis dalam melakukan
fungsinya dipengaruhi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri juga dipengaruhi
oleh korteks serebri dan faktor faktor
eksterna. Ada suatu teori yang menyatakan bahwa dengan jalan transducer,
pengaruh ekstrena disalurkan melalui serabut serabut saraf tertentu dari
berbagai sentrum dalam otak yang lebih tinggi ke hipotalamus dan kemudian ke
hipofisis.
Hubungan
sentrum yang lebih tinggi kehipotalamus
ke hipofisis bersifat ganda. Hipotalamus dan neurohipofisis dihubungkan secara
neural, sedang hipotalamus dan bagian anterior hipofisis atau adenohipofisis
secara neurohumoral dengan sistem vaskuler yang khas yang disebut sirkulasi
portalhipofisis. Hipotalamus mempengaruhi adenohipofisis dengan melepaskan releasing
factor (RF) atau releasing hormon (RH). Disamping itu hipotalamus juga
mengeluarkan zat yang menghambat adenohipofisis yang disebut dengan inhibiting factor (IF) atau inhibing hormon
(IH).
Hipofisis
dibawah pengaruh releasing
hormone, adenohipofisis mengeluarkan hormone
tropik dan hormon ovarium. Hormon tropik tersebut adalah thyroid
stimulating hormone (TSH), adrenocorticotrophin hormone (ACTH), growth hormone
(GH) ,melanocyt stimulating hormone (MSH),
follicle stimulating hormone (FSH), luteinzing hormone (LH), dan
prolaktin; sementara hormon ovariumnya, yaitu estrogen, progesteron, androgen,
dan relaksin. Siklus menstruasi dibawah pengaruh hormone FSH dan LH menyebabkan
folikel primer mulai berkembang dan memproduksi estrogen. Estrrogen ini
dikeluarkan oleh sel sel teka dari follikel. Sesudah folikel matang dan ovulasi
terjadi, terbentuk korpus luteum: sel sel granulose dari korpus luteum
mengeluarkan estrogen dan progesterone. Sedangkan androsteron dan androstenadion merupakan produksi dari stroma
ovarium (Sherwood, 2001)
Estrogen memegang peranan penting dalam
perkembangan ciri ciri kelamin sekunder dan mempunyai pengaruh terhadap
psikologi perkembangan kewanitaan. Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat
genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan vagina berkembang di bawah
pengaruh estrogen, hormone ini
mempengaruhi jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat
alat tersebut. Estrogen juga menyebabkan
proliferasi epitel vagina , penimbunan glikogen dalam sel epitel yang oleh
basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga menyebabkan pH vagina
menjadi rendah. Disamping itu estrogen mempunyai fungsi :
a. mempengaruhi hormone lain, yaitu:
1. menekan
produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH
2. merangsang pertumbuhan follikel didalam
ovarium, sekalipun tidak ada FSH.
3. menimbulkan
proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun stromanya.
4. mengubah
uterus yang yang infantile menjadi matur.
5. merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas
otot otot tuba fallopi.
6. servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang bertambah
banyak, encer, alkalis dan aselluler
dengan pH yang bertambah sehingga mudah dilalui spermatozoa.
7. menyebabkan
pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula mamma.
Progesteron serum mencapai maksimum lebih
dari 10 ng/ml kira kira 1 minggu setelah
ovulasi. Kadar progesterone yang bertambah dari kurang 1 ng/ml menjadi lebih
besar 5 ng/ml menunjukkan adanya ovulasi. Progesterone dapat berasal dari
korpus luteum, plasenta, dan adrenal. Progesteron memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut , yaitu menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist; mencegah
kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus
secara spontan karena pengaruh oksitosin; menjadikan cervix uteri kenyal; mempengaruhi
tuba fallopi; merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi
aldosteron; merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah; mungkin
menambah sekresi LH. dan tidak menekan produksi FSH dan tidak berkhasiat dalam
menghilangkan gejala gejala vasomotor pada masa menopause. (Guyton, 2007)
Androgen
dapat dibentuk oleh ovarium, terutama dalam sel sel stroma ; androgen utamanya
adalah androstenedion dengan daya androgen yang lemah tetapi dapat diubah diperifer menjadi testosterone yang bersifat androgen kuat. Peranan androgen
pada wanita belum diketahui dengan pasti. (Sherwood, 2001)
Dalam
proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus,
hipofisis, ovarium, glandula tiroidea,
glandula supra renalis dan kelenjar kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang
peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Beberapa
saat sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi
korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya
follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat
ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu
pembuatan estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berahir setelah kadar
estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur
angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan umpan balik
positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH
(LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam
dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen
menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen
mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat
umpan balik negatif yang pendek dari LH
terhadap hipotalamus. LH-surge yang
cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat
yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya folikel terjadi
antara 16 – 24 jam setelah LH-surge (Sherwood, 2001)
Pada fase luteal, setelah ovulasi sel
sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein),
follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada
hari 8 – 9 setelah ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum
membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula estrogen
yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10 – 12
hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai
dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone
dan estrogen. Diagram di bawah ini menggambarkan hubungan kadar hormon
gonadotropin dan hormon ovarian dengan pengeluaran FSH LH dan kejadian di
endometrium.
Masa hidup korpus luteum pada manusia
tidak bergantung pada hormon gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya korpus
luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast.
Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca
ovulasi), waktu yang tepat untuk
mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus
luteum hingga 9 – 10 minggu kehamilan. Kemudian fungsi ini diambil alih oleh
plasenta. Siklus endometrium terdiri
dari 4 fase, yaitu:
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Pada
masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan.
Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale, stadium
ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan potongan
endometrium dan lendir dari cervik.
Darah tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan
mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya
kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul
bekuan bekuan darah dalam darah haid.
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi
Luka endometrium yang
terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur angsur sembuh dan ditutup
kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel sel epitel kelenjar
endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai
waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5
mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid.
Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini
berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini dikenal dari epitel
permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus,
pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel
sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana
fase menstruasi dimana terlihat
perubahan perubahan involusi dari epitel
kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas
mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan
anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif
sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai
hari 14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis.
Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan
padat
4. Fase
pramenstruum atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah
ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada fase ini endometrium
kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan
perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang
dibuahi. Fase ini dibagi atas :
a. Fase
sekresi dini
Dalam fase ini
endometrium lebih tipis daripada fase
sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya
± 4 – 5 mm.
b.
Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase
ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi
dini , dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk
keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan
ovum. Sitoplasma sel sel stroma bertambah.
Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.
Perubahan-perubahan
akibat pengaruh hormonal di uterus dapat dilihat dalam diagram dibawah ini
0 komentar:
Posting Komentar