Screening ??
Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala kanker. Skrining sangat baik dilakukan pada wanita atau pria yang memiliki faktor risiko untuk kanker payudara, kanker serviks.
Test skrining dapat dilakukan dengan cara :
1. Pertanyaan/kuesioner
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. X-ray, termasuk diagnostic imaging
Syarat-syarat skrining :
1. Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting
2. Harus ada cara pengobatan yang efektif
3. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4. Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5. Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat
6. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit
7. Harus ada Policy yang jelas
8. Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi kesehatan
Skrining pada Kanker Payudara ?!?!
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Istilah “kanker payudara” merujuk kepada suatu tumor ganas (malignan) yang berkembang dari sel-sel di payudara.
Kanker payudara biasanya dimulai dari munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam setiap inti sel, yang bertindak sebagai “ruang kontrol” dari masing-masing sel. Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.
Signs and Symptoms :
1. Pada awalnya, mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Benjolan mungkin terlalu kecil sehingga menyebabkan perubahan apapun yang tidak biasa untuk dilihat sendiri. Seringkali daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening mammogram (x-ray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke pemeriksaan lebih lanjut.
2. Dalam beberapa kasus, tanda pertama “kanker payudara” adalah berupa benjolan atau massa di payudara anda atau yang ditemukan pada pemeriksaan dokter. Benjolan yang terasa sakit, keras, dan tidak rata lebih cenderung menjadi kanker. Tetapi kadang-kadang kanker dapat tidak keras dan bulat. Sehingga penting diperiksa oleh dokter. (Alhamsyah,2009)
Etiologi
1. Usia
Usia rata-rata wanita yang pertama kali didiagnosis kanker payudara adalah 48 tahun.
2. Diet tinggi lemak dan alkohol
Meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali untuk menderita kanker payudara.
3. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
4. Masa reproduksi yang relatif panjang
Haid pertama diusia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di usia lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.
5. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
6. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
7. Wanita gemuk.
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
8. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.Riwayat menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal (pil, suntik, susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen pada wanita yang menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.
9. Faktor genetik.
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 sampai 3 kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Agung,2009)
Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan pada tahap ini dilakukan dengan bentuk promosi kesehatan seperti penyuluhan.
2. Pencegahan sekunder
Dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini atau dengan melakukan skrinning.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan testier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan tindakan pengobatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. (Suryantoro,2009)
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari/Sarari)
Langkah 1: Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.
Langkah 2: Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.
Langkah 3: Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).
|
Langkah 4: Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.Gunakan gerakan memutar, Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.Anda juga dapat membuat gerak naik turun.Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.
Mauu tauu lebih jelassnyaa step by step pemeriksaan SARARI/SADARI....pleasee checkk thisss videoo !!
Pemeriksaan Radiologis
a. Mammografi
Pemeriksaan mammografi tahunan hasilnya disebut mammogram, diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara.Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. (Alhamsyah,2009)
Mamografi dilakukan bila ada indikasi, sebagai berikut:
1. Skrining pada wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara.
2. Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas.
3. Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada payudara.
4. Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan setahun sekali (Nawasasi,2006)
b. Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara.USG dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara.Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan.MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker.Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.
d. PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.
e. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.Biopsi dilakukan ketika tes lainnya memberikan indikasi kuat bahwa Anda terkena kanker payudara.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan persiapan khusus.Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.
Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.
2. Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara diambil.Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Stereotactic biopsi: dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Tidak memerlukan jahitan, dan hanya ada sedikit jaringan parut.Metode ini biasanya mengangkat lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker.Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus atau Core Biopsy dapat berupa :
a) Tidak ada tanda kanker payudara.
b) Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
c) Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.
3. Biopsi Bedah (open biopsy)
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan biopsi bedah.
Kadang-kadang diperlukan operasi untuk mengangkat semua atau sebagian benjolan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh massa serta beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan menggunakan anestesi lokal.
Jaringan yang telah diangkat melalui biopsi akan diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi untuk melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker. Jika tidak kanker, maka tidak ada perlakuan yang lebih diperlukan.Jika kanker, biopsi dapat membantu untuk memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah kankernya invasif atau tidak.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien. Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat tumor seluruhnya.Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.
Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara:
1. Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
2. Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (Kelenjar getah bening normal).
3. Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
4. Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening yg berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
5. Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
6. Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
7. Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
8. Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.(Alhamsyah,2009).
Skrining pada Kanker Serviks ?!?!
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim.Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati. (Nasir,2009)
Berdasarkan survey tahun 2001, di Indonesia, ditemukan penderita baru yang mengidap kanker leher rahim berjumlah 2429 atau 25,91% dari seluruh penderita kanker.
Signs and Symptoms :
1. Pendarahan vagina yang bersifat abnormal, seperti perdarahan setelah bersenggama, pendarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak darah antar periode menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya. Pendarahan setelah douching, atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala umum kanker serviks tetapi bukan pra-kanker.
2. Keputihan yang tidak normal dari vagina, dengan ciri diantaranya: kental, warna kuning/kecoklatan, dapat berbau busuk dan/atau gatal
3. Rasa sakit saat bersenggama
Etiologi
Penyebab kanker leher rahim yaitu virus HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.
Faktor risiko
1. Infeksi HPV (human papilloma virus) ditengarai sebagai faktor resiko utama penyebab terjadinya kanker serviks. HPV adalah kumpulan lebih dari 100 virus yang berhubungan, yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks.
2. Melakukan hubungan seks tidak aman terutama pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seks, memungkinkan terjadinya infeksi virus HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi virus HPV menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun). Infeksi Virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual.
3. Merokok, wanita perokok memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkannon-perokok.Rokok mengandung banyak zat beracun yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para wanita perokok.
4. Infeksi HIV, Infeksi virus HIV (human immunodeficiency virus), penyebab AIDS juga dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Memiliki HIV membuat sistem kekebalan tubuh wanita lemah, sehingga kurang dapat memerangi infeksi virus HPV.
5. Infeksi Klamidia, Bakteri klamidia umum menyerang organ vital wanita dan menyebar melalui hubungan seksual.Biasanya diperlukan tes untuk mengetahui infeksi klamidia ini. Beberapa riset menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi saat ini berada dalam resiko kanker serviks lebih tinggi. Infeksi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan masalah serius lainnya.
6. Diet, Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada pada tingkat resiko lebih tinggi.
7. Pil KB, Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop. Anda harus membicarakan dengan dokter Anda tentang pro kontra penggunaan pil KB dalam kasus Anda.
8. Memiliki Banyak Kehamilan, wanita yang menjalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks. Tidak ada yang tahu mengapa ini dapat terjadi.
9. Hamil pertama di usia muda, wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua.
10. Penghasilan rendah
11. DES (diethylstilbestrol), DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun 1940-1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak wanita dari para wanita yang menggunakan obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena kanker serviks dan vagina sedikit lebih tinggi.
12. Riwayat Keluarga, Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila Ibu atau kakak perempuan Anda memiliki kanker serviks, resiko Anda terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat dari orang lain yang bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat memerangi infeksi HPV daripada wanita lain pada umumnya.
13. Defisiensi vitamin A, C, dan E.
14. Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis. (Nuranna,2001)
Stadium Kanker Serviks
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ): Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di lapisan terdalam leher rahim.
2. Stadium I: kanker ditemukan pada leher rahim saja.
3. Stadium II: kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
4. Stadium III: kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi.
5. Stadium IV: kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh (paru-paru, tulang, liver, dll).
Cancer Stages
Pencegahan
1. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal setahun sekali. Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim.Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan. (Diyanti, 2009).
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus).Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD.Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker serviks.
Gambar 1: dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina untuk menahan dinding vagina tetap terbuka.
Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.
Jenis-Jenis Test Pap Smear:
1. Test Pap smear konvensional: lihat gambar diatas.
2. Thin prep Pap: biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
3. Thin prep plus test HPV DNA: dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1. Pengambilan sel yang tidak cukup
2. Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
3. Sel abnormal meniru sel benigna
4. Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat mendeteksi kanker (Anonymus,2008).
American cancer society merekomendasikan papsmear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau setelah usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai berikut :
Usia (tahun)
|
Frekuensi
|
21 – 29
|
Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
|
30 – 69
|
Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
|
Lebih dari 70
|
Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun
|
2. Pemeriksaan visual dengan Asam Asetat (IVA)
yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih yang disebut dengan aceto white ephitelum, maka kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker.Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan untuk analisis IVA, yaitu:
a. IVA Negatif = Serviks normal
b. IVA Positif = Serviks dengan radang (Servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white ephitelum).
d. IVA Kanker serviks.
Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun.
Gambar:Berbagai hasil test IVA
3. Pemeriksaan visual dengan Asam asetat dan pembesaran ginekoskopi (IVAB).
4. Pemeriksaan Panggul vs Tes Pap Smear
5. Pemeriksaan test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
6. Kolposkopi
7. Servikografi
8. Pap Net dengan Komputerisasi
This is step by step about Vaginal Pap Smear....Checkk thisss .......
Terima kasih sudahh membaca artikel yang kami buatt..... (^_^)
Please leave a comment...
by Kelompok 5
1. Erma Eka Agustina (101.0039)
2. Malvinas Kusuma (101.0065)
3. Nur Alisa (101.0081)
4. Nuril Fadlila (101.0083)
5. Verry Efriliyana (101.0111)
1 komentar:
terimkasih banyak, pembahasan yang bermanfaat
http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-payudara/
Posting Komentar