Oleh Kelompok 7
Anis Alriyanti Diah Ayu S. Ira Kurniawati Jeffry C. Puspitasari A. |
( 101.0007 ) ( 101.0021 ) ( 101.0053 ) ( 101.0055 ) ( 101.0087 ) |
Apa itu INSEMINASI BUATAN ?! ...
Inseminasi buatan merupakan
proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam
vagina ( intracervical insemination ) atau rahim ( intrauterine insemination ) pada
saat calon ibu mengalami ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung singkat
dan terasa seperti pemeriksaan papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin
sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila gagal, prosesnya bisa diulang
beberapa kali sampai berhasil. ( Umumnya bila setelah 3-6 siklus tidak juga
berhasil, dokter akan merekomendasikan metode bantuan reproduksi lainnya ).
( Sumber :
http://majalahkesehatan.com/inseminasi-buatan/ )
Tujuannya apa ?! ...
Yang utama, Inseminasi dapat
membantu pasangan untuk mendapatkan keturunan bila Ibu alergi pada sperma atau
suami memiliki jumlah sperma sedikit atau kurang gesit.
LANGKAH - LANGKAH Inseminasi ...
Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi. Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak mungkin yang dilakukan dengan pemberian Follicle Stimulating Hormone (FSH). Saat ini, FSH telah dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya nama dagang Gonal-f, sehingga dapat digunakan untuk membantu stimulasi pertumbuhan sel telur pada perempuan yang kekurangan hormon FSH. Setelah dihasilkan cukup banyak sel telur, diberikan hormon human Chorion Gonadotropin (hCG) untuk menstimulasi pelepasan sel telur yang matang. Seperti halnya FSH, hCG juga telah diproduksi dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya Ovidrel yang dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di bawah kulit. Jika tidak terdapat sel telur yang matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat dilakukan dengan menggunakan metode OS (Ovarian Stimulation).
Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur. Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovarium diamati, misalnya dengan menggunakan metode laparoskopi atau metode vaginal ultrasonik. Sel telur yang telah matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum yang runcing, kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan.
Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur. Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metodeswim-up (Henkel dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur, kemudian disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu antara fertilisasi dan maturasi. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator selama 3 – 5 hari.
Tahap keempat, yaitu transfer embrio. Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi yang telah mencapai tahap blastula. Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim melalui kateter Teflon tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke rumah segera setelah transfer embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka beberapa embrio ditransplantasikan ke dalam rahim
Bagaimana Tekhniknya ...
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain ialah :
Macam - macam Inseminasi ...
Sperma yang digunakan untuk proses ini dicuci dan diuji untuk setiap gangguan genetik atau ketidakseimbangan. Oleh karena itu, ada kemungkinan lebih rendah dari gangguan seperti yang lulus dari orang tua untuk anak. Inseminasi buatan lebih dekat dengan metode alami reproduksi, dibandingkan dengan metode lain seperti reproduksi dibantu Dalam Vitro Fertilization (IVF). Oleh karena itu, metode ini secara luas diadopsi oleh pasangan.
Bagaimana Tingkat Keberhasilannya ...
Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur. Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovarium diamati, misalnya dengan menggunakan metode laparoskopi atau metode vaginal ultrasonik. Sel telur yang telah matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum yang runcing, kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan.
Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur. Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metodeswim-up (Henkel dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur, kemudian disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu antara fertilisasi dan maturasi. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator selama 3 – 5 hari.
Tahap keempat, yaitu transfer embrio. Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi yang telah mencapai tahap blastula. Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim melalui kateter Teflon tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke rumah segera setelah transfer embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka beberapa embrio ditransplantasikan ke dalam rahim
Bagaimana Tekhniknya ...
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain ialah :
- Fertilization in Vitro ( FIV ) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di Vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu lalu ditransper dirahim isteri.
- Gamet Intra Felopian Tuba ( GIFT ) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum isteri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditahan di saluran telur (tuba falopi). Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui hubungan seksual.
Macam - macam Inseminasi ...
- Intracervical insemination ( ICI ) merupakan jenis inseminasi buatan yang paling umum digunakan. ICI merupakan proses yang kurang invasif dan bisa dilakukan cepat. Pada prosedur ini, sperma ditempatkan di leher rahim (serviks) pasien wanita. Dari leher rahim, sperma kemudian akan berenang melalui rahim menuju tuba falopi. Proses inseminasi buatan dilakukan sebelum wanita berovulasi. Spekulum digunakan untuk membuka vagina untuk mengekspos leher rahim. Kemudian, dengan bantuan kateter dan jarum suntik, dokter akan memasukkan sperma ke dalam vagina. Leher rahim kemudian ‘disumbat’ dengan spons agar sperma tidak tumpah atau bocor. Setelah sekitar 6 jam, spons bisa dilepas. Seluruh rangkaian prosedur hanya memakan waktu sekitar 5 sampai 10 menit.
- Intrauterine insemination ( IUI ) merupakan jenis lain inseminasi buatan. Prosedur IUI mirip dengan ICI. Bedanya, pada IUI sperma dimasukkan dalam rahum dengan bantuan kateter. Prosedur ini membutuhkan waktu kurang dari 15 menit. Sperma ditempatkan dalam rahim sebelum hari ovulasi. Sperma tersebut kemudian diharapkan berenang menuju tuba falopi untuk membuahi sel telur.
- Intratubal insemination ( ITI ) merupakan jenis prosedur yang kurang umum digunakan dibandingkan dengan ICI dan IUI. ITI termasuk proses invasif serta mahal. Dalam proses ini, sperma dari pasangan atau donor ditempatkan langsung di kedua tuba falopi. Metode ini dimaksudkan agar sperma tidak perlu berenang ke arah sel telur sehingga memperbesar peluang terjadinya pembuahan. Proses ini dapat dilakukan secara laparoskopi atau intraserviks. Dalam metode laparoskopi, sayatan kecil dibuat di perut untuk mecapai tuba falopi. Kateter kemudian dimasukkan ke dalam sayatan untuk menyalurkan sperma langsung ke dalam tuba falopi. Pada metode intraserviks, kateter didorong langsung menuju tuba falopi melalu vagina, leher rahim, dan rahim. Sperma kemudian disalurkan langsung ke tuba falopi melalui kateter.
- Intravaginal insemination ( IVI ) termasuk prosedur yang jarang digunakan. Proses IVI mirip dengan hubungan seksual alami. Pada prosedur ini sperma ditempatkan dalam vagina dekat leher rahim. Proses ini dapat dilakukan di rumah sendiri. Pertama, pasangan mengumpulkan sperma dalam gelas steril. Menggunakan bantuan alat suntik, sperma kemudian dimasukkan ke dalam vagina sedekat mungkin ke serviks agar terjadi pembuahan.
- Inseminasi intravaginal ( INP ) adalah jenis inseminasi yang paling sederhana, dan melibatkan penempatan sperma ke dalam vagina wanita. Idealnya, sperma harus ditempatkan sedekat mungkin dengan leher rahim mungkin. Metode inseminasi dapat digunakan saat menggunakan sperma donor, dan ketika tidak ada masalah dengan kesuburan wanita.
Inseminasi buatan dapat membantu dalam kasus ketidaksuburan disebabkan karena suatu alasan. Oleh karena itu, pertama dan keuntungan utama dari metode ini adalah membantu dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan hamil. Sperma digunakan untuk inseminasi buatan adalah baik diperoleh dari pasangan laki-laki dari perempuan, atau dari sebuah bank sperma. Sebelumnya teknik ini hanya digunakan bagi pasangan untuk memiliki anak.
Sperma yang digunakan untuk proses ini dicuci dan diuji untuk setiap gangguan genetik atau ketidakseimbangan. Oleh karena itu, ada kemungkinan lebih rendah dari gangguan seperti yang lulus dari orang tua untuk anak. Inseminasi buatan lebih dekat dengan metode alami reproduksi, dibandingkan dengan metode lain seperti reproduksi dibantu Dalam Vitro Fertilization (IVF). Oleh karena itu, metode ini secara luas diadopsi oleh pasangan.
Bagaimana Tingkat Keberhasilannya ...
Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.
Seperti diketahui kemampuan berpikir dan bernalar membuat manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, sering pula teknologi yang kita hasilkan itu memberikan efek samping yang memberikan dampak negatif. Oleh sebab itu ada beberapa orang yang pro dan kontra terhadap teknologi tersebut. Dari pendapat yang pro dan kontra, memunculkan masalah etis, diantaranya :
Segi Agama
Dalam hukum Islam tidak menerima cara pengobatan ini dan tidak boleh menerima anak yang dilahirkan sebagai anak yang sah, apalagi jika anak yang dilakukan perempuan karena nantinya akan mempersoalkan siapa walinya jika anak tersebut menikah. Bolehkah “ayah” yaitu suami yang memiliki gangguan reproduksi dapat diterima sebagai walinya? Selain masalah agama juga muncul soal hukum dalam pembagian harat. Bolehkah anak yang dilahirkan AID mewarisi harta “ayah” juga dalam hal lain-lain yang berkaitan dengan pewarisan. Di negara barat, yang mana inseminasi benih penderma dilakukan dengan giatnya, mereka atasi masalah Undang-Undang dengan menjalani proses “adopsi” secara sah. Tetapi kedudukan di negara Indonesia masih belum jelas.
Alasan lain dari sekelompok agamawan menolak teknologi reproduksi ini karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya bertentangan dengan ajaran Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Allah adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan campur tangan dalam pekerjaannya termasuk pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau untuk meningkatkan ruang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat Allah adalah Sang pemberi hidup.
Segi Sosial
Posisi anak menjadi kurang jelas dalam tatanan masyarakat, terutama bila sperma yang digunakan berasal dari bank sperma atau sel sperma yang digunakan berasal dari pendonor, akibatnya status anak menjadi tidak jelas. Selain itu juga, di kemudian hari mungkin saja terjadi perkawinan antar keluarga dekat tanpa di sengaja, misalnya antar anak dengan bapak atau dengan ibu atau bisa saja antar saudara sehingga besar kemungkinan akan lahir generasi cacat akibat inbreeding. Lain halnya dengan kasus seorang janda yang ditinggal mati suaminya, dan dia ingin mempunyai anak dari sperma beku suaminya. Hal ini dianggap etis karena sperma yang digunakan berasal dari suaminya sendiri sehingga tidak menimbulkan masalah sosial, karena status anak yang dilahirkan merupakan anak kandung sendiri. Kasus lainnya adalah seorang wanita ingin mempunyai anak dengan inseminasi tetapi tanpa menikah, dengan alasan ingin mempunyai keturunan dari seseorang yang diidolakannya seperti artis dan tokoh terkenal. Kasus tersebut akan menimbulkan sikap tidak etis, karena sperma yang diperoleh sama halnya dari sperma pendonor, sehingga akan menyebabkan persoalan dalam masyarakat seperti status anak yang tidak jelas. Selain itu juga akan ada pandangan negatif kepada wanita itu sendiri dari masyarakat sekitar, karena telah mempunyai anak tanpa menikah dan belum bersuami.
Segi Hukum
Dilihat dari segi hukum pendonor sperma melanggar hukum. Contoh kasus pada bulan Juni 2002, pengadilan di Stockholm, Swedia menjatuhkan hukuman kepada laki-laki yang mengaku sebagai pendonor sperma kepada pasangan lesbian yang akhirnya bercerai. Dan diberi sanksi untuk memberi tunjangan terhadap 3 orang anak hasil inseminasi spermanya, sebesar 2,5 juta perbulan. Dalam kasus ini akan timbul sikap etis dan tidak etis. Sikap etis timbul dilihat dari sikap pendonor sperma yang telah memberikan spermanya kepada pasangan lesbian, karena berusaha untuk membantu pasangan tersebut untuk mempunyai anak. Sedangkan sikap tidak etis muncul dari pasangan lesbian yang bercerai, karena telah menuntut pertanggungjawaban kepada pendonor sperma yang mengaku sebagai ayahnya untuk memberikan tunjangan hidup bagi ke-3 anak hasil inseminasi spermanya.
3 komentar:
terima kasih infonya:)
terima kasih atas informasinya,, saya jd paham apa itu inseminas,..
kalo di dokter kandungan apakah bias melakukan metode ini ...
Posting Komentar